Sudah
Menulis pernah menjadi bagian hidup yang paling aku suka..
Menggoreskan setiap tinta-tinta yang ingin kugores, mengisikan setiap suku kata pada setiap kalimat indah, lalu menyambungnya menjadi bait-bait puisi yang membunuh setiap ketakutan..
Ketakutan akan penolakan, ketakutan akan penghakiman dan hukuman..
Lalu aku memutuskan untuk menghentikan goresanku, memilih untuk menghamba pada ketakutanku..
Menghamba pada setiap penghakiman dan penolakan, menghidupkan ketakutan dan ancaman yang mungkin akan muncul menyeruak ketika aku menulis lagi..
Jiwaku kosong, tak berpenghuni, tak berarah seperti kereta api tanpa nahkoda, menuju jurang kematian yang entah kapan akan kugapai..
Bukan, bukan seperti air sungai yang berjalan tanpa arah, bahkan air sungai masih punya muara dan lautan sebagai tujuan, bahkan aku lebih buruk dari itu..
Aku mencoba menulis, lalu ketakutan itu muncul lagi, aku mencoba nya lagi, lalu dia semakin nyata dan tak mampu kubunuh..
Aku bertanya pada diriku sendiri, apa ketakutan ini sesungguhnya adalah kutukan karena aku terlalu mencintai setiap kebebesan yang bertanggung jawab itu..
Aku masih menjadi anak manusia yang normal, meskipun aku menentukan apapun yang ingin aku putuskan..
Aku masih menjadi anak manusia yang pandai, aku merasa diriku mampu melakukan apapun yang belum tentu orang lain mampu melakukan nya..
oh..
Tapi bukan,,
Bukan itu..
Aku tak sehebat itu,, aku terlalu lemah dan bodoh untuk menyatakan bahwa aku mampu bertahan,,
Sesungguhnya aku hanya seonggok mahluk tak berguna yang bermimpi bisa menjadi sesuatu yang berguna..
Lalu aku berhenti menulis..
Aku memaksa untuk menghentikan setiap goresan suku kata yang seharusnya bisa kurangkai menjadi sebuah puisi cantik sebagai pembunuh banyak rasa..
Sudah.
Menggoreskan setiap tinta-tinta yang ingin kugores, mengisikan setiap suku kata pada setiap kalimat indah, lalu menyambungnya menjadi bait-bait puisi yang membunuh setiap ketakutan..
Ketakutan akan penolakan, ketakutan akan penghakiman dan hukuman..
Lalu aku memutuskan untuk menghentikan goresanku, memilih untuk menghamba pada ketakutanku..
Menghamba pada setiap penghakiman dan penolakan, menghidupkan ketakutan dan ancaman yang mungkin akan muncul menyeruak ketika aku menulis lagi..
Jiwaku kosong, tak berpenghuni, tak berarah seperti kereta api tanpa nahkoda, menuju jurang kematian yang entah kapan akan kugapai..
Bukan, bukan seperti air sungai yang berjalan tanpa arah, bahkan air sungai masih punya muara dan lautan sebagai tujuan, bahkan aku lebih buruk dari itu..
Aku mencoba menulis, lalu ketakutan itu muncul lagi, aku mencoba nya lagi, lalu dia semakin nyata dan tak mampu kubunuh..
Aku bertanya pada diriku sendiri, apa ketakutan ini sesungguhnya adalah kutukan karena aku terlalu mencintai setiap kebebesan yang bertanggung jawab itu..
Aku masih menjadi anak manusia yang normal, meskipun aku menentukan apapun yang ingin aku putuskan..
Aku masih menjadi anak manusia yang pandai, aku merasa diriku mampu melakukan apapun yang belum tentu orang lain mampu melakukan nya..
oh..
Tapi bukan,,
Bukan itu..
Aku tak sehebat itu,, aku terlalu lemah dan bodoh untuk menyatakan bahwa aku mampu bertahan,,
Sesungguhnya aku hanya seonggok mahluk tak berguna yang bermimpi bisa menjadi sesuatu yang berguna..
Lalu aku berhenti menulis..
Aku memaksa untuk menghentikan setiap goresan suku kata yang seharusnya bisa kurangkai menjadi sebuah puisi cantik sebagai pembunuh banyak rasa..
Sudah.
Komentar
Posting Komentar