I'm Muslim, I wear hijab, I Live in Bali and everything running very Well..
Akhir”ini gw sering denger dari berbagai media mengenai “tekanan” untuk umat muslim di Bali,
kata-kata “tekanan” itu memang terdengar agak lebay dan peres.. Untuk beberapa
orang yg tidak mudah terprovokasi, mungkin berita seperti ini nggak akan dihiraukan,
tapi untuk mereka yang mudah percaya dan terprovokasi oleh media, berita
seperti ini mungkin terdengar mengerikan..
Well.. gw adalah salah satu muslim yang hidup tenang dan
damai di Bali, yes Bali, Pulau dengan mayoritas penduduknya beragama Hindu, gw
hidup di Bali sejak pertengahan 2009 sampai sekarang, dan 2 tahun yang lalu gw
memutuskan untuk berhijab.. Dari awal tinggal di Bali, gw belum pernah
sekalipun merasakan tekanan atau diskriminasi dikarenakan gw seorang muslim..
Saat dulu gw masih kuliah, kampus ngga pernah melarang kami untuk memakai
jilbab, kami juga bisa solat duhur dan ashar di kampus, dan dengan mudah
meminta ijin kepada dosen, namun untuk solat Jum’at memang sedikit sulit karena
mostly solat jum’at ada pada jam pelajaran kami. Untungnya kampus gw dulu lebih
banyak praktek daripada teori, jadi ketika hari Jum’at saat praktek,
temen-temen cowok suka nyuri waktu untuk solat jum’at dengan meminta ijin pada
dosen, dan tidak ada masalah..
Diluar kampus pun gw hidup nyaman mengingat lingkungan gw mostly
adalah orang asli BalI yang hidup berdampingan dengan nyaman, gw tergabung
dalam pengajian rutin bulanan di komplek, setiap bulan kami pengajian rutin dan
tidak ada warga non muslim yang terganggu.. begitu juga ketika umat Hindu ada
acara Melaspas, Purnama, dll semua nya
sembahyang dengan hikmat tanpa ada yang saling mengganggu, sampai saat ini begitu
indah kehidupan gw sebagai salah satu umat Muslim di Bali dengan umat beragama
lain..
Kalo pas hari Jum’at, umat muslim solat jum’at dan u know
what siapa yang menjaga keamanan ketika mereka solat Jum’at?? Yupp.. Para Pecalang
dan Polisi yang di name tag nya tertulis I Wayan, I Nyoman, dll yang notabene
adalah orang Bali. Hal ini juga terjadi ketika kami melakukan solat Idul Fitri,
para penjaga keamanan kami adalah orang-orang Hindu yang berprofesi sebagai
pecalang.
Okelah selama gw di
Bali jarang banget denger yang namanya suara adzan, karena memang tempat
tinggal gw jauh dari masjid, tapi bukan berarti suara adzan di larang di sini,
adzan tetap berkumandang namun tidak pada radius yang jauh, kami sebagai muslim
juga menghormati donk umat beragama lain, ngga bisa dipungkiri karena kami
disini adalah minoritas yang ibaratnya kami berstatus numpang tinggal, numpang
nyari duit, numpang sekolah, alangkah baiknya dan indahnya jika kami juga
menghormati para “pemilik” pulau indah ini..
Keputusan gw berhijab sejak 2 tahun lalu sempat membuat gw
ragu, apakah hijab gw akan diterima oleh temen-temen gw dikampus, oleh
institusi ataupun lingkungan pekerjaan gw. Namun gw terinspirasi dengan
beberapa teman yang mengenakan hijab ditengah lingkungan mereka yang mostly
hindu ataupun orang Bali Asli. Temen-temen gw yang lebih dulu memakai hijab
bahkan hijab syar’I sama sekali tidak pernah menuai masalah dan tekanan dari
siapapun, mereka dengan bebas beribadah dan bekerja dimanapun mereka mau. Hanya
saja, untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pariwisata, ada beberapa temen gw
yang saat bekerja harus rela melepas jilbab nya sementara dan mengenakan nya
lagi setelah bekerja. But that’s oke, hal ini ngga terjadi di Bali aja kan? So,
Sampai saat ini gw belum mengalami pelarangan memakai hijab ataupun denger dari
temen gw bahwa dia dilarang berhijab dengan sedikit pengecualian yg gw sebutin
tadi.
Gw adalah salah satu pekerja pariwisata di Bali yang hidup
berdampingan dengan dunia yang as you know lah.. dimanapun dunia Pariwisata selalu
mementingkan flexibilitas yang luar biasa dan terkadang berhubungan sangat
dekat dengan sesuatu yang dilarang sekali oleh agama gw.. Tapi hidup ini pilihan, ada hitam dan putih,
tapi gw nggak sedang berada pada salah satu sisi itu, gw belum menjadi manusia
yang mengabdikan hidup gw untuk benar” menutup diri dari pikiran duniawi dan berorientasi pada akhirat, namun gw juga
ngga mau terjerumus 100% dalam dunia gelap, hitam dan ngga terarah, gw ada di
garis abu” dan berada pada sisi kanan. Gw punya banyak sekali teman beragama
Hindu dan asli orang Bali, mereka makan Babi disamping gw, dengan santai nya
mereka makan makanan yang mereka tau itu haram untuk gw, tapi gw nggak masalah,
gw mempersilahkan mereka untuk makan dan gw nggak mau mencicipi sama sekali
karena Babi dilarang oleh agama gw. Untukku agamaku, Untukmu agamamu.
Kembali lagi pada kata “tertekan” yang sering muncul di
media masa tentang Islam di Bali.
Tertekan dari sisi mana donk??
Kita masih bisa
membaca 2 Kalimat Syahadat setiap saat, masih bisa beribadah 5 waktu di masjid
dengan nyaman dan aman. Masih bisa baca
al Qur’an dengan nyaring meskipun tetangga sebelah gw tuuhh orang Bali asli dan
beragama Hindu. Masih bisa pengajian sampe jam 9-10 malem pake speaker tanpa
ada yg protes. Masih bisa berkeliaran dengan hijab bahkan di tempat (beach
club, pool, pantai, etc) yang disana banyak sekali turis-turis dengan bikini,
dan kita jadi tontonan karena pakai hijab, tapi sama sekali mereka tidak
mengganggu . Masih bisa berpuasa di bulan Ramadhan dan puasa sunah. Masih ada
badan amil Zakat yang mengoorganisir kewajiban kita berzakat. Masih perusahaan
penyelenggara Umrah Hajji. Masih ada tour Wisata Muslim yang digemari oleh
wisatawan. Tertekan nya itu dari mana? Sampai saat ini, Gw masih bisa ngerasain
aman dan nyaman nya cari duit, tinggal dan merantau di Bali.
So Guys, please open your brain, open your mind, jangan
mudah percaya sama media yang mengabarkan sesuatu secara provokatif, kalian
harus tinggal dulu di Bali, baru kalian tau bagaimana kehidupan gw atau mungkin
kami umat Muslim yang tinggal di Bali.
Gw terus berharap toleransi antar umat beragama yang sama cantik nya dengan visual Pulau ini akan terjaga sampai kapanpun..
I’m Muslim, I wear hijab, I live in Bali, and everything
running very GOOD, till now..
Have a great day all Great Peeps
in the world..
30 Agustus 2014,
Lilla Sarjono
Komentar
Posting Komentar